Pengalaman CPNS Mahkamah Agung 2019 (Bag.3)
Setelah sekitar 5 bulan tidak ada kabar, pada bulan Juli 2020 ternyata ada pengumuman baru dari BKN, yakni dilaksanakannya tes SKB CPNS untuk formasi tahun 2019. Meleset jauh dari rencana semula yang dijadwalkan pada bulan Maret.
Namun kali ini, semua peserta diberikan kesempatan untuk memilih kembali lokasi tes (tilok) yang terdekat. Mungkin hal ini dilakukan agar dapat meminimalisir penyebaran covid-19 antar daerah.
Anehnya, pemilihan kembali lokasi tes SKB ini hanya diberikan waktu 1 minggu saja. Jadi jika kita lupa atau waktunya terlewat untuk memilih titik lokasi tes, sudah dipastikan akan gugur sebagai CPNS.
Memilih Titik Lokasi SKB
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Oom memilih lokasi tes di UPT BKN
Semarang alih-alih di Jogja lagi. Selain bosan ke Jogja, sebenarnya dari jarak tempuh ke
Semarang lebih cepat jika lewat tol
karena bebas razia kendaraan.
Alasan lainnya, agar saat Oom tes, anak istri dan keponakan bisa jalan-jalan ke Cimory On The Valley yang kebetulan dekat dengan lokasi tes.
Oom sendiri dijadwalkan mengikuti tes SKB pada tanggal 17 Oktober 2020 sesi 2 yang dimulai dari jam 09.30-13.00 WIB. Sudah terbayang betapa panasnya udara di Semarang saat itu... 😨
Mengenai persiapan tes SKB, Oom hampir tidak belajar sama sekali. Selain karena belum pernah ikut tes SKB, Oom benar-benar buta mengenai formasi/jabatan yang dimaksud. Pengadministrasi registrasi perkara... Seperti apa itu?
Dalam bayangan Oom, jabatan itu pastilah jabatan pelaksana (JP) yang berhadapan secara langsung dengan masyarakat. Dan ternyata, PRP adalah formasi baru. Di tahun-tahun sebelumnya tidak pernah dibuka lowongan untuk formasi pengadministrasi registrasi perkara.
Lengkap sudah. Oom sama sekali tidak mendapatkan bayangan soalnya seperti apa nanti.
Kisi-kisi Formasi PRP MA
Seminggu menjelang tes SKB, Oom mulai jor-joran mencari kisi-kisi atau FR. Kebetulan waktu tes Oom dengan peserta pertama berselisih jarak sekitar 2 minggu. Waktu yang cukup untuk mencari informasi seperti apa soalnya.
Yang Oom tahu, soal SKB untuk jabatan pelaksana dibuat oleh instansi pembina dari jabatan fungsional yang serumpun. Jujur, membaca kalimat aja Oom sudah gak mudeng apa maksudnya 😂
Berbekal kisi-kisi yang bertebaran di Youtube, Oom mempelajari tentang alur registrasi perkara. Termasuk diantaranya tentang sejarah Mahkamah Agung, struktur organisasi, hingga pasal-pasal yang berkaitan dengan Mahkamah Agung.
Anehnya, meski daerah Jawa Tengah adalah yang paling akhir mendapat jadwal tes SKB, tidak ada satupun FR atau bocoran soal yang beredar. Bahkan rata-rata nilai peserta SKB untuk formasi PRP di bawah 250 dari skala 500.
Apa tesnya sesulit itu sampai-sampai para peserta enggan membagikan FR? Hampir semua peserta SKB untuk formasi PRP mengeluh kalau soal-soal yang didapat tidak sesuai dengan bidang yang dipilih, bahkan disebut-sebut sangat melenceng.
Beberapa orang di Twitter dan grup Telegram ada yang memberitahu bahwa soal-soalnya berkaitan dengan kearsipan. Entah mereka jujur atau tidak.
Tapi,... kearsipan?
Titik Terang
Untuk sejenak Oom terdiam. Memang ada benarnya. Selama ini Oom selalu berpikiran bahwa Pengadministrasi Registrasi Perkara soal-soalnya pasti kebanyakan 'berbau' perkara (Mahkamah Agung).
Namun jika melihat konteksnya secara luas, bisa saja soal yang muncul adalah tentang kearsipan, dilihat dari kata Pengadministrasi Registrasi Perkara tadi. Ada benang merah dari tugas pengadministrasi yang memang selalu berkaitan dengan 'arsip', dokumen, dan surat-surat.
Tapi apakah jabatan pengadministrasi registrasi perkara itu serumpun dengan arsiparis (kearsipan)? Ini yang masih menjadi tanda tanya. Karena bagaimanapun, di Mahkamah Agung sudah ada formasi jabatan arsiparis.
Sebenarnya sudah lama para peserta menanyakan tentang jabatan Pengadministrasi Registrasi Perkara ini baik ke pihak BKN maupun ke Mahkamah Agung, tapi tak mendapatkan jawaban memuaskan.
Rata-rata kebingungan peserta juga sama. Sebenarnya PRP itu jabatan pelaksana atau fungsional? Dan serumpun dengan jabatan apa?
Awalnya Oom berniat menyampingkan saja soal 'kearsipan' itu dan tetap fokus mempelajari alur registrasi perkara di Mahkamah Agung. Tapi sebuah postingan di Instagram mengubah jalan berpikir Oom seketika.
Dalam sebuah komentar Instagram, Oom menemukan sebuah pernyataan tentang keterkaitan antara ilmu administrasi, perpustakaan, dan kearsipan sebagai formasi yang serumpun. Pendapat ini langsung saja membuat Oom mulai mempelajari dasar-dasar kearsipan.
Mengenai kersipan ini, Oom hanya membaca-baca saja sepintas lalu. Tidak yakin kalau akan seperti itu semua soalnya. Kenapa tidak belajar tentang pustakawan? Jujur saja untuk bahan atau materinya lebih terbatas lagi. Dan entah kenapa Oom memiliki firasat bukan soal pustakawan yang bakal keluar.
Pengalaman Ikut Tes SKB CPNS MA 2019
Menjelang hari H ujian, semua materi tentang Mahkamah Agung dan kearsipan sudah dibaca dan pelajari berulang-ulang. Jika memang soalnya tentang semua bidang yang 'serumpun', bisa dibayangkan sendiri betapa luas konteks soalnya.
Semua itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dipelajari dalam waktu singkat. Apalagi mengingat Oom lulusan D3 Manajemen Informatika, jadi harus mempelajari hal-hal baru yang bahkan tak pernah ada di mata kuliah.
Pada hari ujian, Oom berangkat lebih pagi agar bisa sarapan dahulu untuk mengisi energi. Malang, sarapan belum matang. Akhirnya langsung bablas ke Semarang lewat tol disetiri istri. Sampai di lokasi ujian, waktu menunjukkan pukul 09.10. masih ada waktu beberapa menit mencari sarapan.
Setelah berputar-putar di negeri antah-berantah Semarang, Oom memutuskan
sarapan soto Semarang. Lumayan, enak dan murah meskipun sebenarnya saat itu
Oom sudah tidak nafsu makan karena sibuk mikir ujian 😂
Saat datang ke lokasi ujian, ternyata Oom adalah peserta terakhir yang datang. Untung tidak terlambat. Maklum, harus menunggu si kecil menghabiskan sarapannya dulu.
Berbeda dengan tes SKD sebelumnya, entah mengapa pemeriksaan untuk tes SKB kali ini tidak terlalu ketat. Masker memang wajib dipakai, tapi wajah peserta tidak diperiksa apa sesuai dengan foto atau tidak. Apa panitia tidak takut kecolongan dengan hadirnya joki-joki yang menyamar di balik masker?
Setelah menunggu kurang lebih 1 jam di panasnya suhu Semarang hari itu, akhirnya semua peserta diizinkan memasuki ruang tes SKB. Daan... ujian SKB pun dimulai.
Proses login ke dalam sistem CAT untuk tes SKB juga masih sama seperti pada tes SKD. Peserta diwajibkan mengisi NIK, pin peserta yang diberikan saat daftar ulang, dan pin sesi oleh panitia. Tidak ada kendala berarti dalam tahap ini.
Yang agak aneh sih, mungkin pada komputer yang dipakai untuk ujian CAT. Ada kamera webcam yang menyala dan berada dalam posisi aktif (merekam). Entah apa kegunaannya karena pihak panitia tidak menjelaskan apapun soal ini.
Di Luar Dugaan
Begitu tampilan layar berganti dan soal mulai tampil,... Duerr!!! Soal tentang kearsipan adalah soal yang muncul pertama kali.
Oom hanya bisa melongo. Tidak menyangka jika soal pertama yang keluar memang tentang kearsipan. Oom sempat melihat sekeliling, mengamati wajah-wajah dan ekspresi peserta lainnya. Entah kenapa mereka tampak cukup tenang.
Apa disini cuma Oom yang terkaget-kaget dan gugup soal materi SKB ini? Tapi Oom masih mencoba berpikir positif. Mungkin hanya ada beberapa soal tentang kearsipan, sisanya pasti soal tentang Mahkamah Agung.
Untung Oom sempat membaca materi kearsipan, jadi setidaknya ada pandangan mengenai jawabannya. Meskipun lebih banyak mengandalkan logika untuk menjawabnya 😄
Soal pun berganti soal. Dan tahu apa yang terjadi? Tepat! Semua soalnya 100% tentang kearsipan! Tidak ada satupun soal yang membahas tentang Mahkamah Agung atau alur perkara yang ada di dalamnya.
Jujur, Oom sempat frustasi. Meskipun sempat membaca materi kearsipan, tapi tentu saja tidak secara mendalam. Bahkan banyak soal yang membahas tentang suatu hal yang baru pertama kali itu Oom mendengarnya.
Beberapa soal tes SKB ada yang membahas tentang ANRI, pengurusan surat, tata naskah dinas, pendirian depot arsip, rincian email korporasi/lembaga, dan yang paling banyak keluar adalah materi UU No.43 tahun 2009 tentang Kearsipan. Materi yang kebetulan sempat Oom pelajari.
Tapi tentu saja lebih banyak soal yang Oom tidak tahu jawabannya karena belum mempelajarinya. Ada soal tentang Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI), indeks arsip, tunjuk silang, dan sebagainya. Setelah SKB berakhir Oom baru tahu bahwa soal-soal itu berkenaan dengan pedoman pengurusan surat.
Skor yang Keluar
Setelah waktu berlalu 60 menit, mulai ada sebagian peserta yang selesai melaksanakan ujian. Entah mereka ini memang benar-benar pintar, atau malah sudah menyerah untuk mengerjakan soalnya 😅
Oom sendiri menghabiskan setiap menit yang tersisa untuk menyelesaikan soal yang belum terjawab dan membaca ulang jawaban-jawaban sebelumnya. Waktu 90 menit yang disediakan benar-benar Oom pakai semaksimal mungkin.
Salah satu perbedaan antara tes SKD dan SKB, begitu waktu habis layar tidak langsung menujukkan skor SKB. Melainkan mengisi kuesioner terlebih dahulu tentang proses pelaksanaan SKB, tugas panitia seleksi, dan fasilitas yang diberikan.
Begitu kuesioner terisi, akhirnya muncullah nilai SKB yang ditunggu-tunggu... 295
Oom termenung. Setelah perjuangan yang melelahkan untuk mengerjakan soal yang awalnya tak yakin bakal keluar, nilai yang didapat jauh di bawah nilai SKD. Bahkan angkanya sendiri tidak melewati angka 300.
Jujur, Oom sempat hampir ingin menangis. Terbayang betapa berat ujian CPNS kali ini. Membayangkan wajah orang-orang yang berharap Oom bisa lulus menjadi PNS. Tapi apa boleh buat, Oom tetap harus menerima skor itu dengan lapang dada.
Namun skor 295 ternyata lebih tinggi dari skor rata-rata peserta SKB PRP MA yang lain. Tapi tentu saja bukan yang tertinggi. Oom sempat optimis mungkin bisa lah tembus 100 besar untuk menjamin posisi dalam jumlah formasi yang dibutuhkan.
Hasil Quick Count SKB
Selesai tes Oom langsung pulang. Di perjalanan pulang kami membahas tentang tes SKB hari ini. Oom membagikan pengalaman tentang suasana tes dan soal-soal SKB yang muncul, sedangkan istri sibuk membahas tentang Cimory yang ternyata tak memenuhi ekspektasinya.
Oom sempat menonton live score di Youtube, ternyata skornya sempat menyentuh 305. Tapi sayang di menit-menit terakhir ada beberapa soal yang Oom ganti jawabannya dan ternyata itu berimbas pada nilai hasil akhir. Tidak apa, mungkin bukan rejekinya.
Keesokan harinya adalah hari terakhir pelaksanaan tes SKB untuk seluruh formasi di Mahkamah Agung, kecuali yang ikut ujian susulan karena terpapar covid-19. Setelah itu, semua nilai SKD dan SKB peserta akan mulai diintegrasikan dengan BKN. Komposisinya, nilai SKD berbobot 40% dan nilai SKB berbobot 60%.
Dan di grup telegram ada yang membagikan link quick count. Nilai dari 1.248 peserta diinputkan manual berdasarkan laporan hasil SKB yang dikeluarkan BKN di sini.
Dan hasilnyaaa..... Oom peringkat 9 dari 1.248 orang 👏
Woow, Oom sendiri tidak menyangka akan bisa masuk 10 besar. Tapi itu hanya quick count sementara, bukan pengumuman resmi dari BKN karena masih menunggu sampai tanggal 30 Oktober 2020.
Tapi memang sesuai dugaan Oom sebelumnya, tidak banyak peserta yang dapat menorehkan skor di atas 300. Jika ada, maka sudah pasti dapat langsung tembus ke peringkat teratas.
Yah, cukuplah hasil quick count itu jadi penghibur hati atas kerja keras dan 'keberuntungan' yang Oom dapatkan sebelum pengumuman resmi dari BKN. Semoga dengan ini membuat jalan Oom menjadi PNS semakin lancar dan tak ada hambatan. Amiin.
bersambung
Posting Komentar untuk "Pengalaman CPNS Mahkamah Agung 2019 (Bag.3)"